Keweleh, dua ‘e’ pertama seperti dalam
kata ‘pertama’ dan ‘e’ terakhir seperti dalam kata ‘es’. Keweleh adalah bahasa Jawa untuk insyaf dalam artian telah
mengalami pemahaman mencelikkan yang membawa pada perubahan perilaku nyata,
biasanya secara drastis. Perubahan perilaku drastis karena keweleh ini masih misteri. Lihat saja contoh ekstrem berikut ini
(kisah nyata yang disamarkan): Golan adalah anak antheis hingga usianya 20
tahun 3 bulan 9 hari. Atheisme Golan disebabkan oleh pendidikan sekuler yang ia
terima selama ini di Sekolah Negri Paris, Perancis. Pada usianya yang ke 20
tahun 3 bulan 10 hari, tiba-tiba ia memeluk agama Budha Tantrayana dan
menjalani ritus-ritus agama tersebut dengan taat hingga hari ini ketika usianya
menginjak 29 tahun 4 bulan 8 hari. Menurut kalangan Budhis Theis, Golan telah keweleh karena telah menyadari bahwa atheismenya
adalah hal yang salah dan ia telah bertobat.
Misteri mengapa dan
bagaimana bisa keweleh akan bertahan
entah sampai kapan. Satu hal yang dapat dipelejari dari misteri tersebut adalah
untuk tidak ngge-ge mangsa. Banyak kalangan
menginginkan pihak lain agar segera keweleh
namun ternyata keweleh tidak bisa
dipaksakan, tidak bisa dige-ge mangsanya.
Keweleh akan terjadi seturut dengan
ketercukupan karma. Kalau pada hidup kali ini belum cukup maka pada hidup
selanjutnya takkan jadi problem. Membiarkan supremasi karma adalah cara yang
kiranya paling bijaksana untuk tetap menjaga keseimbangan alam terutama alam
sosial kemasyarakatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar