Senin, 21 November 2016

KEWELEH



Keweleh, dua ‘e’ pertama seperti dalam kata ‘pertama’ dan ‘e’ terakhir seperti dalam kata ‘es’. Keweleh adalah bahasa Jawa untuk insyaf dalam artian telah mengalami pemahaman mencelikkan yang membawa pada perubahan perilaku nyata, biasanya secara drastis. Perubahan perilaku drastis karena keweleh ini masih misteri. Lihat saja contoh ekstrem berikut ini (kisah nyata yang disamarkan): Golan adalah anak antheis hingga usianya 20 tahun 3 bulan 9 hari. Atheisme Golan disebabkan oleh pendidikan sekuler yang ia terima selama ini di Sekolah Negri Paris, Perancis. Pada usianya yang ke 20 tahun 3 bulan 10 hari, tiba-tiba ia memeluk agama Budha Tantrayana dan menjalani ritus-ritus agama tersebut dengan taat hingga hari ini ketika usianya menginjak 29 tahun 4 bulan 8 hari. Menurut kalangan Budhis Theis, Golan telah keweleh karena telah menyadari bahwa atheismenya adalah hal yang salah dan ia telah bertobat.
Misteri mengapa dan bagaimana bisa keweleh akan bertahan entah sampai kapan. Satu hal yang dapat dipelejari dari misteri tersebut adalah untuk tidak ngge-ge mangsa. Banyak kalangan menginginkan pihak lain agar segera keweleh namun ternyata keweleh tidak bisa dipaksakan, tidak bisa dige-ge mangsanya. Keweleh akan terjadi seturut dengan ketercukupan karma. Kalau pada hidup kali ini belum cukup maka pada hidup selanjutnya takkan jadi problem. Membiarkan supremasi karma adalah cara yang kiranya paling bijaksana untuk tetap menjaga keseimbangan alam terutama alam sosial kemasyarakatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar